Tradisi Makepung: Balap Sapi Hingga Sejarah nan Unik

Tradisi Makepung merupakan permainan balapan kerbau yang pesertanya adalah masyarakat petani di Provinsi Bali, khususnya di Kabupaten Jembrana. Permainan ini sudah ada sejak lama dan turun-temurun sampai saat ini.

dimensiindonesia.com

Tradisi yang telah menyatu dengan kehidupan masyarakat sekitar. Dan tentunya menjadi suguhan menarik bagi seluruh wisatawan yang ada.

Ketika musim tanam padi tiba, biasanya tradisi ini dilakukan sebagai sarana hiburan dan pengisi waktu luang. Bahkan beberapa masyarakat juga ada yang melakukannya ketika musim panen raya tiba.

Karena sering dilakukan, membuat Makepung sudah menjadi identitas Jembrana yang terkenal sebagai ‘daerah buangan’ bagi masyarakat ‘pembangkan.’ Tak hanya itu saja, Jembrana juga terkenal sebagai daerah yang heterogen dan terbuka terhadap sebuah perubahan.

Makepung juga mempunyai arti berkejar-kejaran dan olahraga ini terinspirasi dari tahapan proses pengolahan sawah. Di mana petani akan melumatkan tanah menjadi lumpur dengan memakai Bajak Lampit Slau.

Dari tradisi ini pula tercermian apa yang namanya semangat dan kegigihan dalam berjuang meraih semua impian. Tanpa itu semua tentu impian tinggal cerita.

Sejarah Tradisi Makepung Bali

Tradisi Makepung mempunyai sejarah yang unik di mana tradisi ini bermula dari keisengan belaka. Ada juga cerita yang mengatakan tradisi ini mucul saat petani padi ingin menciptakan suasana kerja yang menggembirakan.

Mereka pun bersepakat untuk mengadakan lomba adu cepat di atas Cikar-cikar (pedati) yang berfungsi sebagai pengangkut hasil panen. Di mana, pedati yang penuh dengan muatan padi hasil panen raya dari tanah yang mereka garap ditarik Satu Akit Kerbau (sepasang kerbau).

Jarak yang ditempuh yakni sepanjang Subak. Mereka berlomba sambil bersorak penuh canda tawa pada saat sore datang.

Suasana memikul padi hasil panen yang dilakukan oleh para buruh pun menjadi semarak. Dari situ, masyarakat sekitar sadar jika tradisi Makepung memberikan dampak positif terhadap para buruh bahkan sampai kerbau yang menarik pedatinya.

Lalu akhirnya, lomba ini yang bermula dari Desa Buluk, Desa Banyubiru, dan Desa Kaliakah, berkembang begitu pesat hingga menjadi atraksi pakepungan. Orang-orang memperkirakan adu cikar ini pertama kali muncul sekitar tahun 1930-an.

Baca juga: Deretan Keunikan Perang Pandan Bali

Atraksi Tradisi Balap Kerbau

Makepung yang juga disebut sebagai Lomba Pacu Kerbau Khas Jembrana. Kegiatan ini sebenarnya merupakan tradisi agraris sebagai salah satu bentuk penyeimbang keberadaan subak sebagai organisasi pengelolaan air.

Lomba tersebut akhirnya dikenal sebagai Tradisi Makepung Bali dan mempunyai atraksi yang dikenal sampai saat ini. Atraksi tersebut merupakan puncak dari rangkaian pesta rakyat yang dipertunjukkan di sebuah tempat yang sering disebut dengan Arean Pakepungan.

Tak hanya itu saja, atraksi ini juga menjadi puncak kegembiraan masyarakat agraris yang ada di Kabupaten Jembrana sebelum memasuki musim tanam berikutnya. Dulunya lomba ini hanya diikuti oleh antar desa dan tetangga.

Tapi sekarang, lomba ini diikuti oleh dua kelompok besar yang menjadi komunitas Pakepungan atau istilah lainnya sebagai blok.

Kostum Unik untuk Joki dan Kerbau

Setiap tradisi atau upacara perayaan tertentu para peserta biasanya menggunakan kostum atau seragam. Tak terkecuali tradisi Makepung di Bali ini. Tradisi ini juga ada kostumnya buat para peserta.

Biasanya kostum yang akan digunakan oleh para joki adalah bertelanjang dada, memakai kain tipis, tekes kepala yang bercorak batik, celana panjang hitam sebatas lutut dan sempak kolong khas Jembrana yang terselip di pinggang.

Untuk kerbau pepadu atau kerbau yang akan digunakan untuk atraksi Makepung dipakaikan Gelung kepala yang sering disebut rumbing, berbentuk seperti mahkota yang ada di kepala kerbau. Sedangkan bagian tanduknya, diisi dengan slongsong tanduk berwarna-warni.

Hiasan tersebut bertujuan agar kerbau tampak lebih menarik. Mereka yang tampil lebih apik secara penampilan tentu akan miliki rasa percaya diri lebih tinggi.

Pada cikarnya, pedati itu diukir dan dicat dengan warna-warna yang indah dan mewah. Untuk kesan yang lebih wah, biasanya menggunakan warna berupa warna-warna yang menyolok.

Pada zaman dulu karena properti atraksi makepung sangat mewah, Tuan Belanda menyebut sebagai Ben Hur Jembrana. Ben Hur tak lain adalah tokoh fiksi dalam film yang menunjukkan kesatria naik gerobak di masa Romawi kuno.

Aturan Lomba Pacu Kerbau Khas Jembrana

Tradisi Makepung Bali memiliki aturan saat atraksi atau permainan dimulai. Pertama, jalan yang akan digunakan berupa jalan tanah berpasir yang berukuran panjang satu kilometer, lebar empat meter, dan bentuk jalannya berbentuk huruf U.

Sedangkan untuk garis start dan garis finisnya berada pada satu tempat. Jadi garis start juga digunakan untuk garis finis.

Ada tiga orang yang menunggu di garis tersebut. Mereka memiliki tugas masing-masing. Dua orang ditunjuk sebagai juri garis dan yang satunya ditunjuk sebagai pengibar bendera sebagai pemenang atau drow.

Aturan mainnya, kerbau pepadu penarik pedati berada di urutan belakang. Begini urutannya, ada Kerbau pepadu berada di depan sedangkan kerbau tandingannya berada di belakang. Mereka juga diberi jarak sekitar lima meter.

Pasangan kerbau pepadu yang sudah berbaris akan memulai start setelah mendapat komando dari juri berupa aba-aba: satu, dua, dan tiga. Ketika hitungan sudah sampai ke hitungan ketiga, maka kerbau tersebut harus segera lari ke jalan sirkuit.

Ketika sampai di ujung, kerbau tidak langsung kembali. Akan tetapi mereka harus istirahat sambil menunggu peserta lainnya.

Jika semua pasangan kerbau pepadu sudah dilepas, mungkin sekitar 100 pasang yang akan ikut berlomba. Saat pasangan pepadu yang tadi lari pertama dan sedang beristirahat, mulai lari lagi menuju garis finis.

Lalu bagaimana cara menentukan pemenangnya? Mudah sekali. Untuk pemenangnya bisa dilihat dari siapa yang lebih dulu menyentuh garis finis atau dalam atraksi Makepung acal-acal.

Karena peraturan para peserta tidak berjejer, maka kemungkinan yang tadi berada di urutan kedua bisa juga menjadi pemenangnya. Ketika para kerbau sudah melaju ke garis finis, biasanya para penonton akan bersorak-sorai mendukung kerbau mana yang mereka tebak akan menjadi juara.

Tradisi Makepung Bali kini berubah menjadi objek wisata bagi wisatawan baik dari dalam maupun luar Bali. Dengan atraksi dan suguhan yang seru, membuat mereka ingin sekali menyaksikan tradisi ini.