Tradisi Omed-Omedan; Festival Kasih Sayang di Bali

Beragam budaya dan tradisi yang dimiliki Bali membuat para wisatawan penasaran. Meskipun pelaksanaannya seperti acara formal, tapi tidak menghilangkan niat bagi wisatawan yang ingin melihatnya secara langsung. Hal itu disebabkan setiap tradisi dan budaya di Bali memiliki keunikannya sendiri. Seperti Tradisi Omed-Omedan ini.

tradisi omed-omedan
Pinterest by VOA Indonesia

Jika wisatawan berkunjung pada Hari Raya Nyepi, tentu saja wisatawan dapat melihat keheningan yang ada di pulau dewata ini. Namun jika datang ketika tradisi ini dimulai pengunjung akan menyaksikan berbagai macam keseruan yang terdapat pada acara ini.

Sejarah Tradisi Omed-Omedan

Dalam etika dan berbudaya di Indonesia, berpelukan lalu berciuman di muka umum serta ditonton oleh banyak orang tentu merupakan kegiatan yang tidak pantas. Hal itulah yang juga dirasakan oleh warga Banjar Kaja Selatan.

Namun mau bagaimana lagi, Tradisi Omed-Omedan ini merupakan warisan oleh para leluhur dan harus dilaksanakan sehingga mau tidak mau tradisi tersebut tetap harus dijalankan.

Tradisi Omed-omedan sudah ada sejak abad ke 17. Semua itu bermula ketika masyarakat kerajaan Puri Oka yang berada di Denpasar Selatan berinisiatif membuat permainan tarik-menarik.

Permainan tersebut lama-kelamaan menjadi sangat menarik dan malah berubah menjadi saling merangkul. Permainan tersebut membuat suasana menjadi sangat gaduh.

Raja Puri Oka saat itu tengah sakit keras. Mendengar kegaduhan tersebut membuat sang raja marah besar karena merasa terganggu dengan kegaduhan tersebut. Ajaibnya, ketika raja keluar dan melihat pemandangan di luar, sang raja malah sembuh dari sakitnya.

Sejak saat itulah sang raja selalu memerintahkan agar Tradisi Omed-omedan terus diselenggarakan setiap tahunnya. Biasanya dilakukan setelah menyalakan api pertama atau Ngembak Geni setelah perayaan Hari Raya Nyepi.

Tradisi ini mulanya sempat diberhentikan di Desa Sesatan. Hingga muncullah kejadian aneh yaitu ada dua ekor babi saling berkelahi di depan pelataran Pura.

Melihat itu, membuat masyarakat beranggapan jika hal tersebut merupakan pertanda buruk. Karena takut, akhirnya tradisi ini kembali dilakukan.

Baca juga: Tradisi Makepung; Balap Sapi hingga Sejarah Nan Unik

Keunikan Festival Kasih Sayang ala Bali

Setelah mengetahui sejarahnya, kamu juga perlu tahu beberapa keunikan yang ada pada Tradisi Omed-omedan ini. Keunikan inilah yang membuat para wisatawan ingin menyaksikan secara langsung di pulau seribu wisata ini.

Langsung saja berikut keunikannya:

1. Wujud Kebahagiaan dan Kemeriahan

Tradisi Omed-omedan dilakukan setelah perayaan Hari Raya Nyepi. Biasanya setelah acara Ngembak Geni atau penyalaan api pertama.

Setelah melakukan brata atau keheningan selama sehari penuh saat hari raya. Paginya pemuda-pemudi akan meluapkan kebahagiaan mereka pada tradisi yang unik ini.

2. Melakukan Persembahyangan Terlebih Dulu

Keunikan yang kedua dari tradisi ini adalah melakukan persembahyangan dulu bagi para pesertanya. Hal ini dilakukan agar peserta mendapat kebersihan hati yang murni dan bisa menjalankan tradisi ini dengan lancar.

Upacara persembahyangan ini dilakukan sebelum tradisi tersebut dimulai. Para pemuda-pemudi yang akan menjadi peserta bersama-sama melakukan upacara ini di Pura Banjar.

Upacara ini dilakukan tidak terlalu lama atau sesuai adat yang ada baru nantinya mereka akan bersiap untuk menjalankan tradisi yang ada.

3. Peserta Harus Belum Menikah dan Usia Minimal 17 Tahun

Jika tradisi yang lain membolehkan siapa saja menjadi peserta, maka tradisi yang satu ini berbeda. Peserta yang ikut haruslah mereka yang belum menikah dan berusia minimal 17 tahun. Sehingga peserta tradisi ini kebanyakan dan hampir semua adalah pemuda-pemudi.

4. Ada Pertunjukan Tari Barongnya

Ada peristiwa unik yang menjadi sejarah dari Tradisi Omed-omedan ini. Salah satunya ada dua ekor babi yang bertarung di pelataran Pura saat tradisi ini dihentikan beberapa saat.

Peristiwa tersebut digambarkan pada pertunjukan Tari Barong sebelum acara inti dimulai. Tari Barong tersebut dipertunjukkan agar orang-orang dapat mengingat kembali peristiwa sepasang babi yang bertarung tersebut.

5. Dibagi Menjadi Dua Kelompok dan Saling Tarik-menarik

Para peserta yang terdiri dari pemuda-pemudi ini akan dibagi kelompok menjadi dua kubu. Tentunya kubu perempuan dan kubu laki-laki. Nah kedua kubu ini nantinya diminta untuk saling tarik-menarik saat acara ini dimulai.

6. Saling Berpelukan, Adu pipi Hingga Disebut Festival Ciuman Massal

Tradisi ini mempertontonkan adegan di mana peserta yang berada paling depan harus saling berpelukan, adu pipi hingga adu mulut. Dari sinilah muncul opini dari masyarakat luar jika tradisi ini sering disebut dengan festival ciuman massal.

7. Disiram Air

Jika sudah berpelukan antara peserta depan dari kedua kubu, maka anggota yang lain harus saling menarik agar keduanya bisa lepas. Apabila keduanya belum lepas maka panitia akan menyiramkan air kepada pasangan yang sedang berpelukan tersebut.

Bahkan air tersebut sampai mengarah ke penonton. Air tersebut disiram sampai kedua orang tersebut lepas.

Menjadi penting bagi pengunjung yang membawa barang-barang sensitif ketika terkena air. Sebaiknya simpan atau jauhkan terlebih dulu agar saat menonton barang-barang tersebut tidak terkena air.

8. Sesetan Heritage Omed-Omedan Festival

Karena berbagai keunikan yang ada di dalamnya, membuat tradisi ini dikemas menjadi sebuah festival tahunan yang diberi nama Sesetan Heritage Omed-Omedan Festival. Hal ini untuk memfasilitasi saking banyaknya wisatawan yang ingin melihat tradisi ini.

Adanya festival ini membuat para pengunjung bukan hanya menyaksikan tradisi Omed-omedan saja. Tetapi juga bisa menikmati berbagai acara lainnya seperti pertunjukan musik hingga pementasan seni. Ada juga bazar dan stand yang ada di sana.

Tradisi Omed-omedan sudah menjelma menjadi festival tahunan yang bisa dinikmati oleh para pengunjung. Jika kamu ingin melihatnya langsung saja datang ke sana dan nikmati keunikan serta rangkaian acaranya.